PENDAHULUAN
Berbicara
mengenai motivasi, motivasi memegang peranan yang penting dalam mencapai prestasi
belajar siswa. Sehingga, diharapkan tujuan dari proses belajar itu sendiri
dapat tercapai. Motivasi atau dorongan itu bisa datang dari dalam diri
seseorang maupun dari luar. Motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang itu
yang dinamakan motivasi intrinsik, sedangkan yang datangnya dari luar diri
seseorang dinamakan motivasi ekstrinsik.
Bagi
seorang guru, memotivasi atau memberikan motivasi kepada siswanya perlu
dilakukan. Pemberian motivasi ini terkait dengan cara atau upaya yang dilakukan
guru dalam membangkitkan dan menumbuhkan semangat belajar siswa.
Pemberian
atau dalam hal ini memotivasi siswanya bagi guru hendaklah diupayakan secara
berkelanjutan guna tercapainya tujuan dari proses belajar. Sehingga diharapkan
nantinya siswa dapat mengembangkan melalui kekuatan potensinya untuk mencapai
prestasi belajar yang diharapkannya.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang
berarti ”menggerakan”. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi
arah dan ketahanan (persistence) pada
tingkah laku tersebut. Motivasi ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam
bukunya Psychologi Understanding of Human Behavior:[1]
Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme
yang mengarahkan tingkahlaku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling"
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Sujono Trimo,
motivasi adalah suatu kekuatan penggerak dalam perilaku individu
dalam prilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun daya ahan (perintence) tiap perilaku
manusia yang didalamnya terkandung pula unsur-unsur emosional insane yang bersangkutan.
B.
Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa
tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang manajer, tujuan motivasi
ialah untuk menggerakkan pegawai atau bawahan dalam usaha meningkatkan prestasi
kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya. Bagi seorang
guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di
dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh, seorang guru memberikan pujian kepada
seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan
matematikan di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam diri anak tersebut timbul
rasa percaya pada diri sendiri. Di samping itu, timbul keberaniannya sehingga
ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas. Untuk
menghilangkan perasaan takabur dan menimbulkan rasa kasih mengasihi di antara
anak-anaknya, seorang ayah sengaja membelikan buku Lutung Kasarung untuk dibaca oleh anak-anaknya. Dengan membaca buku
cerita tersebut diharapkan anak-anak dapat menilai dan sekaligus menghayatinya.
Dengan adanya penilaian dan penghayatan itu, selanjutnya diharapkan anak-anak
tergerak hatinya untuk meniru perbuatan-perbuatan yang baik dan membenci
perbuatan dan sifat yang buruk seperti yang diceritakan buku tersebut.[2]
Dari kedua contoh tersebut diatas,
jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan yang
diharapkan atau yang akan tercapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi
akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan didasari oleh yang di
motivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu,
setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami
benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang
akan dimotivasi.[3]
C.
Empat Pendekatan Umum Motivasi
1.
Pendekatan Behavioral
Menurut
pandangan behavioral, pemahaman tentang motivasi di mulai dengan analisis yang
saksama atas insentif dan reward di
kelas. Reward adalah objek atau kejadian atraktif yang diberikan sebagai
konsekuensi perilaku tertentu. Sebagai contoh, Safe Sumey diberi reward poin bonus ketika ia menggambar
sebuah diagram yang sangat bagus. Insentif
adalah objek atau kejadian yang mendorong atau menekan prilaku. Janji
mendapat nilai A+ adalah insentif bagi Sumey. Benar-benar menerima nilai A+
adalah reward.[4]
2.
Pendekatan Humanistic
Carl Rogers mengatakan
bahwa tidak ada aliran psikologi yang
dominan, behavioral atau Freudian, yang dapat menjelaskan secara kuat mengapa
orang bertindak dengan cara tertentu. Interprestasi humanistic tentang motivasi
menekankan pada kebebasan pribadi, pilihan, tekad,dan usaha untuk pertumbuhan
pribadi.[5]
3.
Pendekatan Kognitif dan Kognitif Sosial
Dalam teori-teori
kognitif orang dianggap aktif dan ingin tau mencari informasi untuk mengatasi
masalah-masalah yang relevan secara pribadi. Jadi, para pakar teori kognitif
menekankan pada motivasi intrinsik. Para pakar teori kognitif percaya bahwa perilaku
ditentukan oleh pikiran kita, bukan semata-mata oleh apakah kita diberi reward atau hukuman untuk perilaku itu
di masa lalu.[6]
4.
Konsepsi Sosiokultural
Pandangan
sosiokultural tentang motivasi menekankan partisipasi dalam community of practice. Orang terlibat
dalam berbagai kegiatan untuk mempertahankan identitas dan relasi
interpersonalnya dalam masyarakat. Jadi, siswa termotivasi untuk belajar bila
mereka adalah anggota sebuah komunitas kelas atau sekolah yang member nilai
tinggi pada belajar.
Tantangan dalam
pendekatan ini adalah memastikan bahwa seluruh siswa adalah anggota-anggota
yang berpartisipasi penuh dari masyarakatnya, karena motivasi lahir dari
identitas dan partisipasi yang legitimate.[7]
5.
Karakteristik Motivasi
Motivasi
Intrinsik & Ekstrinsik
Beberapa penjelasan
motivasi menyandarkan diri pada faktor-faktor internal-personal seperti
kebutuhan, interes/minat, dan keingintahuan. Penjelasan lain menunjuk
faktor-faktor eksternal-lingkungan-reward,
tekanan sosial, hukuman dan sebagainya. Salah satu perbedaan klasik dalam
motivasi adalah antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan
menaklukan tantangan ketika kita mengejar kepentingan pribadi dan menerapkan
kapabilitas (Deci & Ryan, 1985, 2002; Reeve, 1996). Bila kita termotivasi
secara intrinsik, kita tidak membutuhkan insentif atau hukuman, karena kegiatan
itu sendiri rewarding. “Satisfied
Spenser” belajar kimia di luar sekolah karena ia memang mencintai kegiatan itu,
tidak ada orang yang menyuruhnya untuk itu.
Sebaliknya, bila
kita melakukan sesuatu untuk mendapatkan nilai, menghindari hukuman, membuat
guru senang, atau alasan lain yang hanya sedikit sekali hubungannya dengan
tugas itu sendiri, kita mengalami motivasi
ekstrinsik. Kita tidak benar-benar tertarik dengan kegiatannya karena
kegiatan itu sendiri; kita hanya peduli dengan apa yang akan kita dapatkan.
“Safe Sumey” bekerja untuk mendapatkan nilai; minatnya terhadap subjeknya
sendiri sangat kecil.[8]
6.
Fungsi Motivasi
a. Motivasi
mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motivasi berfungsi sebagai motor
yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
b. Motivasi
menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
c. Motivasi
menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang
harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan.
7.
Motivasi Sebagai Salah Satu Faktor yang
Mempengaruhi Belajar Siswa
Belajar
adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkahlaku dan kecakapan. Sampai manakah perubahan itu
tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu
tergantung berbagai macam faktor.
Adapun
faktor-faktor itu,dapat di bedakan menjadi dua golongan yaitu:[9]
a.
Faktor yang ada pada diri organisme itu
sendiri yang kita sebut faktor individual.
Yang
termasuk ke dalam faktor individual antara lain:
·
Kecerdasan atau Intelijensi
Di samping kematangan,
dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik
ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukan
kepada kita, meskipun anak yang berumur
14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi
tidak semua anak-anak itu pandai dalam ilmu pasti. Demikian pula halnya dalam
mempelajari mata pelajaran dan kecakapan – kecakapan lainnya. Jelas kiranya
bahwa dalam belajar kecuali kematangan, intelijensi pun turut memegang peranan.
·
Latihan
Karena terlatih, karena sering kali mengulang sesuatu maka kecakapan dan
pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin di kuasai dan makin mendalam.
Sebaliknya tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya dapat menjadi
hilang atau berkurang.
·
Motivasi
Motivasi merupakan
pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motivasi intinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya
orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tak mungkin
seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak
mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan di capai dari
belajarnya itu bagi dirinya.
b.
Faktor yang ada di luar individu yang di
sebut faktor sosial.
Adapun
yang termasuk faktor sosial antara lain:
·
Keadaan kelurga
Suasana dan keadaan
keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turt menentukan bagaimana dan
sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam
keluarga ini, ada tidaknya atau tersedia tidaknya failitas –fasilitas yang
diperlukan dalam belajar turut memegang peran penting pula.
·
Guru dan cara mengajar
Terutama dalam belajar
di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting
pula.bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengerjakan pengetahuan itu kepada
anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai
anak.
Jika guru atau orang
tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri
anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. motivasi sosial dapat
timbul pada anak dari orang lain disekitarnya seperti dari tetangga, sanak
saudara yang berdekatan dengan anak-anak itu dan dari teman-teman sepermainan
dan sesekolahnya. Pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan
sengaja, dan mungkin pula tidak dengan sadar.
8.
Upaya Guru dalam Memotivasi Belajar
Siswa
Beberapa
strategi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam upaya untuk menumbuhkan dan
membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, berikut ini:[10]
a.
Menjelaskan tujuan belajar ke siswa.
Pada
permulaan pembelajaran seharusnya terlebih dahulu guru menjelaskan mengenai
tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai oleh siswa. Makin jelas tujuan
maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b.
Hadiah.
Berikan
hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. Ada bermacam-macam
hadiah, yaitu ada yang berbentuk simbul, penghargaan, kegiatan, dan
benda.
Salah
satu contoh penghargaan adalah memberikan applause kepada siswa setiap
selesai beraktivitas, misalnya setelah siswa melaksanakan kegiatan bermain
peran, simulasi, komunikasi interaktif ataupun ketika menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari guru ataupun per-tanyaan teman dalam diskusi, dan
lain-lain.
c.
Saingan/kompetisi.
Guru
berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d.
Pujian.
Sudah
sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e.
Hukuman.
Hukuman
bukan alat untuk menakut-nakuti anak, tetapi untuk merubah cara berpikir anak.
Bahwa setiap pekerjaan (baik atau buruk) memiliki konsekuensi. Hukuman terjadi
apabila konsekuensi yang tidak menyenangkan menyertai perilaku tertentu.
Misalnya, bila ada seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru, maka guru dapat memberikan hukuman kepadanya, namun hukuman ini
hanya sebagai konsekuensi tidak diselesaikannya tugas tersebut. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya.
f.
Membangkitkan dorongan kepada siswa
untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada
siswa.
g.
Memberikan angka.
Angka
merupakan simbol prestasi yang diperoleh siswa. Beri penjelasan pada anak bahwa
prestasi belajar dapat terpresentasikan dalam simbol angka.
h. Pada saat menyampaikan materi
pelajaran, upayakan untuk menyelipi dengan humor dan atau cerita-cerita lucu.
i. Membantu kesulitan belajar siswa
secara individual maupun kelompok.
j. Menggunakan metode yang bervariasi.
k.
Menggunakan media yang baik, serta
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tiap siswa memiliki kemampuan indera
yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga
kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca, dan sebaliknya. Dengan
variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap siswa dapat
dikurangi. Untuk menarik perhatian anak misalnya, guru dapat memulai dengan
berbicara lebih dulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan
melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus
terhadap indera siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa motivasi merupakan suatu
dorongan, gerakan, arahan baik dari dalam diri maupun dari luar seseorang untuk
melakukan atau bertindak. Memotivasi berarti memberikan dorongan, membangkitkan
semangat terhadap orang lain untuk melakukan sesuatu yang diharapkan oleh
pemberi motivasi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Bagi
seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para
siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan
dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Seorang guru dalam memotivasi
siswanya dapat berupa memberikan hadiah, pujian, reward, punishment, pemberian angka, pemberian kompetisi/saingan,
penerapan variasi belajar, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Purwanto, Ngalim. 1994. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Woolfolk,
Anita. 2009. Educational Psychology
Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Esti, Sri Wuryani Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
Grasindo
[1]
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,
hlm. 60
[2]
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,
hlm. 73
[3] Ibid, hlm. 74
[4]
Anita Woolfolk, Educational Psychology
Active Learning Edition, hlm. 189
[5]
Anita Woolfolk, Educational Psychology
Active Learning Edition, hlm. 190
[6] Ibid, hlm. 191
[7] Ibid.
[8]
Anita Woolfolk, Educational Psychology
Active Learning Edition, hlm. 188
[9]
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,
hlm. 102
[10] http://www.sobrycenter.com/sobry/article.php?catid=artikelHYPERLINK,
diakses pada tanggal 22 November 2012 pada pukul 09.43 WIB
Las Vegas' newest casino - MapYRO
BalasHapusCheck out similar casinos in Las Vegas and see activity. In the gambling 진주 출장마사지 world, the casino in Las Vegas 제천 출장샵 is one 밀양 출장안마 of the 오산 출장샵 most recognizable 거제 출장마사지 and most recognizable