Senin, 10 Desember 2012

Hadits Berdasarkan Kualitas



A.    PENGERTIAN HADITS SHAHIH DAN HADITS HASAN

1.      Pengertian Hadist Shahih
          Kata shahih berasal dari  bahasa Arab As-shahih. Bentuk pluralnya Ashihha’ dan berakar  kata pada shahha. Dari segi bahasa, kata ini memiliki beberapa arti diantaranya:
a.       Selamat dari penyakit.
b.      Bebas dari aib/ cacat. Sedang pengertian hadits adalah khabar (berita).
          Dari segi istilah, para ulama berpendapat bahwa hadits shahih adalah “hadits yang sanadnya bersambung (sampai kepada nabi muhammad), diriwayatkan oleh (periwayatan) yang adil dan dhabith sampai akhir sanad, (didalam hadits itu) tidak terdapat kejanggalan (syadz) dan cacat (illat).
2.      Pengertian Hadits Hasan
          Hasan, menurut lughat adalah sifat musybahah dari `al-husna`, yang artinya bagus.
          Menurut Ibnu Hajar, hadits hasan adalah khabar ahad yang dinukilkan oleh orang yang adil, kurang sempurna hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz.
          Untuk membedakan antara hadits shahih dan hadits hasan, kita harus mengetahui batasan dari kedua hadits tersebut. Batasannya adalah keadilan pada hadits hasan disandang oleh orang tidak begitu kuat ingatannya, sedangkan pada hadits shahih terdapat pada rawi-rawi yang benar-benar kuat ingatannya. Akan tetapi keduanya bebas dari keganjilan dan penyakit.[1]


B.     SYARAT-SYARAT HADITS MAQBUL

            Dalam bahasa kata maqbul artinya diterima. Hadits itu dapat diterima sebagai hujjah dalam islam, karena sudah memenuhi beberapa kriteria persyaratan baik yang menyangkut sanad ataupun matan. Adapun menurut istilah hadits maqbul adalah hadits yang unggul dan pembenaran-pembenarannya.[2]
            Syarat-syarat hadits maqbul:
1.      Sanadnya yang tersambung.
2.      Diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit.
3.      Dari segi matan yang tidak syadz dan tidak terdapat illat.

C.     KEHUJJAHAN HADITS SHAHIH DAN HADITS HASAN

            Kebanyakan ulama ahli hadits dan fuquha bersepakat untuk menggunakan hadits shahih dan hasan sebagai hujjah. Disamping itu, ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadits hasan dapat digunakan sebagai hujjah, bilamana memenuhi sifat-sifat yang dapat diterima, pendapat terakhir ini memerlukan peninjauan yang seksama. Sebab sifat-sifat yang dapat diterima itu ada yang tinggi, menengah, dan rendah. Hadits yang memiliki sifat dapat diterimanya tinggi dan menengah adalah shahih, sedangkan hadits yang sifat dapat diterimanya rendah adalah hadits hasan.
            Hadits-hadits yang mempunyai sifat dapat diterima sebagai hujjah disebut hadits maqbul, dan hadits yang tidak mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima disebut hadis mardud.
            Yang termasuk maqbul adalah:
1.      Hadits shahih, baik shahih li dzatihi maupun shahih li qhairih.
2.      Hadits hasan, baik hasan li dzatihi maupun hasan li qhairih.
                        Yang termasuk hadis mardud adalah segala macam hadits dhaif. Hadits mardud tidak dapat diterima sebagai hujjah karena terdapat sifat-sifat tercela pada rawi-rawinya atau pada sanadnya.[3]

D.     PENGERTIAN ASAHHUL ASANID DAN ASAHHUS SYAI`FI
AL-BAB

            Dalam kitab-kitab hadits sering kita jumpai berbagai istilah yang ada kaitannya dengan hadits shahih, semisal:
1.      Hadits isnadhu shahits = hadits sanadnya shahih, atau
Hadits bi isnad shahih = hadits dengan sanad shahih, atau
Hadits shahih al-isnad = hadits shahih sanadnya.
                        Istilah tersebut untuk menyebut bahwa sanad hadits dimaksud adalah terpercaya, kepercayaan atau sah. Betapapun nilai sebuah hadits ditentukan oleh nilai sanadnya, sebagaimana dinyatakan oleh al-suyuthiy. Namun seperti diketahui bahwa keshahihan sanad bukanlah indikasi keshahihan matan. Dalam istilah “ hadits shahih sanadnya, atau hadits dengan sanad yang shahih”. Terselip pengertian bahwa yang shahih baru sanadnya, akan halnya matan matan perlu penelitian lebih lanjut. Dengan demikian hadits dengan predikat seperti tersebut diatas, tidak jarang kita temukan justru matannya berlawanan. Sehubungan dengan hal tersebut istilah “hadits sanadnya shahih  atau hadits dengan sanad yang shahih”. Berada setingkat lebih rendah jika dibanding dengan hadits yang di tunjuk dengan sebutan “hadits shahih”, sebab istilah yang terakhir ini jelas-jelas menunjukan bahwa hadits dimaksud adalah shahih baik sanad maupun matannya.
2.      Ashahhh sya`in fi hadza al-bab = yang paling shahih / sah pada bab ini, atau ashahh syai`n fi al-bab hadza yang paling shahih / sah pada bab ini, atau al- ashahh fi hadza al-bab hadza al-hadits = yang paling shahih pada bab ini adalah hadits ini...., ashahh al-riwayat fi hadza, hadits...., = riwayat yang paling shahih pada bab ini ialah hadits....,.[4]

E.     SUMBER-SUMBER YANG MEMUAT HADITS SHAHIH DAN HADITS HASAN

1)      Sumber-sumber hadits shahih:
a.       Al- Muwaththa.
b.      Al- Jami` As-Shahih Al- Bukhari.
c.       Shahih Muslim.
d.      Shahih Ibn Hibban.[5]
2)      Sumber-sumber hadits hasan:
a.       Al- Jami karya At-Turmudzi.
b.      As- Sunsn karya Imam Abu Dawud (202-273).
c.       Al- Mustaba karya Imam An- Nasa`I.
d.      Sunan Al- Mushthafa karya Ibn Majah.
e.       Musnad Ahmad Ibn Hanbal Dan Al Musnad karya Abu Ya`La.[6]











KESIMPULAN

            Dari uraian materi yang dituliskan dalam makalah ini, dapat kami simpulkan :
·         Hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, rangkaian sanadnya jelas, tidak cacat dalam matan maupun sanadnya dan tidak ada kejanggalan dalam matan maupun sanadnya.
·         Hadits hasan adalah hampir sama dengan shahih tetapi ada perbedaannya yaitu dalam penukilannya, hadits ini dinukilkan oleh orang yang kurang kuat hafalannya.
·         Syarat hadits maqbul adalah hadits yang sanadnya bersambung, rangkaian sanadnya jelas, tidak cacat dalam matan maupun sanadnya dan tidak ada kejanggalan dalam matan maupun sanadnya. 
·         Kehujjahan hadits shahih dan hadits hasan adalah bahwa para ulama ahli hadits setuju dengan hadits shahih dan hadits hasan dijadikan hujjah.
















DAFTAR PUSTAKA

Dailami. 2004. Hadits. Purwokerto: CV.Mardathika.

Majid khon,abdul. 2009. Ulumul hadits. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Solahudin,agus. 2009. Ulumul hadits. Bandung: Pustaka Setia.

Suryadilaga,alfatih dkk. 2010.

      Ulumul hadits. Yogyakarta: Teras.


[1] Agus Solahudin. Ulumul hadits. Bandung: pustaka setia. 2009. Hlm 147-146.
[2] Abdul majid khon. Ulumul hadits. Jakarta: sinar grafika offset. 2009. Hlm 148.
[3] Agus Solahudin. Ulumul hadits. Bandung: pustaka setia. 2009. Hlm:147.
[4] Dailami. Hadits. Purwokerto: CV. Mardhatika. 2004. Hlm: 345-352.
[5] Alfatih suryadilaga,dkk. Ulumul hadits. Yogyakarta: teras. 2010 hlm: 248-249.
[6] Alfatih suryadilaga,dkk. Ulumul hadits. Yogyakarta: teras. 2010 hlm: 266-268.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar