Minggu, 11 Januari 2015

Teori Intelegensi



TEORI INTELEGENSI

1. Teori Intelegensi Spearman
Charles Edward Spearman (1863-1945) merupakan ahli psikologi berkebangsaan Inggris yang sangat terkenal dengan temuannya tentang teknik statistik untuk mengetahui korelasi diantara variabel-variabel penelitian. Ia juga terkenal dengan istilah teknik analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu bentuk teknik statistik yang digunakan untuk menemukan hubungan yang ada di antara dua jenis variabel yang kelihatannya tidak ada hubungan. Sperman menggunakan teknik ini untuk mengukur kemampuan kognitif anak. Teori Sperman tentang g dapat dijelaskan melalui analogi sebagai berikut  :
  • Dalam kondisi tertentu , skor tes mental individu dapat dibagi ke dalam dua faktor. Faktor pertama adalah skor yang selalu sama dalam setiap tes, faktor kedua adalah skor yang selalu bervariasi dalam setiap tes. Faktor pertama disebut sebagai faktor general (umum) atau faktor g, sementara faktor kedua disebut faktor spesifik. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa faktor g menunjukkan informasi mental yang lebih dominan daripada faktor spesifik.
  • Dalam intelegensi , faktor g adalah faktor yang berkaitan dengan inteligensi umum atau general intelelligence , yang merupakan kapasitas inteligensi yang dibawa sejak lahir dan mempengaruhi seluruh kemampuan individu. Faktor spesifik berkaitan dengan kemampuan khusus , seperti  perbedaan skor dalam tes yang berbeda, misalnya skor dalam tes matematika dan tes dalam skor bahasa. Spearman berkeyakinan bahwa apabila seseorang memiliki skor yang tinggi pada suatu bidang tertentu maka ia akan memiliki skor yang tinggi pula pada bidang yang lain ,  akan tetapi pada kasus-kasus tertentu, skor tersebut dapat berbeda.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Eysenck (1982) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat atau signifikan antara IQ dengan kemampuan kognitif dalam melakukan operasi kognitif. Tes ini sangat valid dan realiabel karena dapat menghindari bias yang ditimbulkan oleh latar belakang kebudayaan, lingkungan, pendidikan dan sosial ekonomi.
2. Teori Intelegensi Thurstone
Thurstone memfokuskan teori intelegensinya pada satu faktor, yaitu g faktor, akan tetapi ia menekankan intelegensi pada tujuh kemampuan mental utama yang berbeda. Kemampuan mental tersebut meliputi :
  • Verbal comprehension ( kemampuan dalam pemahaman bahasa)
  • Reasoning ( kemampuan berpikir logis )
  • Perceptual speed ( kemampuan dalam mendeteksi kesamaan atau perbedaan dari berbagai desain / gambar )
  • Numerical ability ( kemampuan berhitung )
  • Word fluency ( kemampuan berpikir tentang kosa kata secara tepat )
  • Associative memory ( ingatan sosiatif )
  • Spatial visualization ( kemampuan dalam menentukan bentuk benda dalam posisi yang telah berubah )
Thurstone mengadakan penelitian tentang intelegensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketujuh kemampuan mental tersebut berkolerasi positif antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian apabila seorang anak mendapatkan skor yang tinggi pada verbal comprehension atau kemampuan dalam pemahaman bahasa, maka ia akan memperoleh skor yang tinggi pula dalam kemampuan mental yang lainnya.
3. Teori Intelegensi Guilford
Teori intelegensi yang dikemukakannya  menekankan multiple cognitive abilities atau kemampuan kognitif majemuk. Melalui penelitian yang dilakukannya , ia menemukan tiga komponen intelegensi , yaitu Operasi Intelegensi , Isi Intelegensi dan Produk Intelegensi. Operasi intelegensi mencakup kognitif,memori,berpikir divergen,berpikir konvergen, dan evaluasi. Isi intelegensi mencakup figural,simbol,semantik,dan perilaku. Produk intelegensi mencakup unit,klas,relasi,sistem,transformasi dan implikasi. Ketiga faktor yang berkaitan dengan intelegensi tersebut berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan 12 faktor, yang diperoleh lima bentuk operasi intelegensi dikali empat bentuk isi intelegensi, dikali 6 bentuk produk intelegensi atau 5 x 4 x 6 = 120.
4. Teori Intelegensi Cattel & Horn
Cattel & Horn mengemukakan dua dimensi intelegensi yang disebut dengan istilah fluid intelligence dan crystallized intelligence. Fluid intelligence berkaitan dengan kemampuan untuk mengembangkan teknik pemecahan masalah yang baru dan berbeda dari teknik sebelumnya. Crystallized intelligence berkaitan dengan kemampuan mengemukakan pengalaman-pengalaman yang telah dipelajari sebelumnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
5. Teori Intelegensi Robert Strenberg
Stenberg mendefinisikan intelegensi sebagai aktivitas mental yang diarahkan pada kegiatan yang bertujuan untuk menyesuaikan diri , memilih , dan membentuk lingkungan yang sesuai dengan kehidupan individu. Dalam hal ini, individu yang sedanf melakukan kegiatan dalam memecahkan masalah menggunakan informasi yang telah diperolehnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Stenberg juga mengembangkan teori yang dikenal dengan istilah Triarchi Theory of Intelegency yang terdiri dari :
  • Componential subtheory
Componen theory disebut juga dengan istilah analitycal intelligence yang berkaitan dengan kemampuan dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah ini dilakukan berdasarkan operasi mental secara bersamaan yang disebut metacomponents, yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka pemecahan masalah dan keputusan yang diambil dalam pemecahan masalah tersebut. Analitycal intelligence mencakup berikut ini :
a. Metacomponents yang berfungsi mengontrol, memonitor, dan mengevaluasi poses kognitif.
b. Performance components yang berfungsi melaksanakan strategi yang telah dibangunoleh metacomponents. Komponen ini merupakan operasi dasar yang dalam operasinya selalu melibatkan kegiatan kognitif sehingga manusia mampu memahami makna stimulus atau informasi yang ditangkap oleh pancaindera , menyimpan informasi tersebut dalam bentuk ingatan jangka pendek, lalu melakukan perhitungan yang diikuti oleh pertimbangan yang dilakukan dengan jalan membandingkannya dengan stimulus atau informasi lain yang dilaksanakan dengan jalan memanggil kembali ingatan jangka panjang.
c. Knowledge acquisition components , yaitu proses yang digunakan dalam memperoleh dan menyimpan pengetahuan baru. Kemampuan ini membantu manusia untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya atau dialaminya dan mengklasifikasikan hal tersebut sesuai dengan klasifikasinya dalam ingatan. Hasil dari proses tersebut dikenal dengan istilah skemata.
  • Experiental subtheory
Experiential subtheory atau creative intelligence, suatu kemampuan yang mencakup pemahaman atau insights, sintetis dan kemampuan bereaksi terhadap stimuluis dan situasi yang sulit yang menuntut tindakan kreatif dan inovatif. Strenberg meyakini bahwa semakin pintar individu maka semakin mudah bagi individu tersebut untuk menghadapi situasi-situasi yang sulit dan secara kreatif melakukan berbagai tindakan yang di butuhkan.  Experiencial subtheory mencakup dua aspek , yaitu novelty atau inovasi dan automatization atau automatisasi.
  • Contextual subtheory
Conxeptual subtheory atau practical intelligence mencakup kemampuan memahami dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari . practical intelligence integrasi dari berbagai kemampuan seperti berikut ini
a. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
b. Kemampuan dalam mengatur dan memodifikasi lingkungan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan
c. Kemampuan dalam berpindah dari rencana yang satu kepada rencana lain apabila rencana pertama tidak berjalan sesuai dengan harapan atau tujuan yang akan dicapai
Dalam pengukuran intelegensi , kemampuan analitik diukur dengan memberikan informasi yang lengkap dan jelas yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah dan hanya satu jawaban yang benar yang diperoleh dari metode pemecahan masalah yang benar. Untuk mengukur kemampuan praktis, diberikan masalah-masalah yang mempersyaratkan kemampuan dalam memahami dan memformulasikan. Apabila seseorang dapat memecahkan satu atau beberapa masalah dengan baik, maka individe tersebut memiliki kemampuan analitik intelegensi atau praktis intelegensi yang baik, selanjutnya individu yang menunjukkan kemampuan seni lukis atau fine art maka ia memiliki intelegensi kreatif yang tinggi.
6. Teori Intelegensi Gardner
Teori intelegensi yang dikembangkan oleh Gardner dikenal dengan istilah multiple intelligence. Teori ini dikembangkan berdasarkan keyakinan Gardner bahwa intelegensi tidak hanya ditentukan oleh satu faktor yang dikenal dengan General intelligence atau faktor g, akan tetapi terdiri atas sejumlah faktor.
Teori intelegensi yang ia kembangkan berbasis skill dan kemampuan dalam berbagai kelompok yang terdiri atas 8 kelompok jenis intelegensi , yaitu :
  • Visual-Spatial Intelligence ( kecerdasan visual-spasial )
  • Verbal-linguistic Intelligence ( kecerdasan verbal linguistik )
  • Bodily-kinesthetic intelligence ( kecerdasan koordinasi gerak tubuh )
  • Logical-mathematical Intelligence ( kecerdasan mmatematika – logis )
  • Interper / rytmic intelligence ( kecerdasan musik / ritmik )
  • Intrapersonal Intelligence  ( kecerdasan intrapersonal )
  • Naturalistic Intelligence ( kecerdasan naturalistik )
Melalui teori intelegensi yang dikembangkannya, Gardner berusaha untuk mengoreksi beberapa kekeliruan yang dilakukan oleh psikologis sebelumnya yang tidak mempertimbangkan faktor biologis, oleh sebab itu mereka gagal menjelaskan kemampuan tertinggi dari intelegensi , yaitu kreativitas , dan ketidak pekaan para psikologis terdahulutentang peranan lingkungan sosial terhadap pengembangan intelegensi.