TEORI INTELEGENSI
1. Teori Intelegensi Spearman
Charles Edward Spearman (1863-1945)
merupakan ahli psikologi berkebangsaan Inggris yang sangat terkenal dengan
temuannya tentang teknik statistik untuk mengetahui korelasi diantara
variabel-variabel penelitian. Ia juga terkenal dengan istilah teknik analisis
faktor. Analisis faktor adalah suatu bentuk teknik statistik yang digunakan
untuk menemukan hubungan yang ada di antara dua jenis variabel yang
kelihatannya tidak ada hubungan. Sperman menggunakan teknik ini untuk mengukur
kemampuan kognitif anak. Teori Sperman tentang g dapat dijelaskan melalui
analogi sebagai berikut :
- Dalam kondisi tertentu , skor tes mental individu dapat dibagi ke dalam dua faktor. Faktor pertama adalah skor yang selalu sama dalam setiap tes, faktor kedua adalah skor yang selalu bervariasi dalam setiap tes. Faktor pertama disebut sebagai faktor general (umum) atau faktor g, sementara faktor kedua disebut faktor spesifik. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa faktor g menunjukkan informasi mental yang lebih dominan daripada faktor spesifik.
- Dalam intelegensi , faktor g adalah faktor yang berkaitan dengan inteligensi umum atau general intelelligence , yang merupakan kapasitas inteligensi yang dibawa sejak lahir dan mempengaruhi seluruh kemampuan individu. Faktor spesifik berkaitan dengan kemampuan khusus , seperti perbedaan skor dalam tes yang berbeda, misalnya skor dalam tes matematika dan tes dalam skor bahasa. Spearman berkeyakinan bahwa apabila seseorang memiliki skor yang tinggi pada suatu bidang tertentu maka ia akan memiliki skor yang tinggi pula pada bidang yang lain , akan tetapi pada kasus-kasus tertentu, skor tersebut dapat berbeda.
Penelitian yang dilaksanakan oleh
Eysenck (1982) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat atau
signifikan antara IQ dengan kemampuan kognitif dalam melakukan operasi
kognitif. Tes ini sangat valid dan realiabel karena dapat menghindari bias yang
ditimbulkan oleh latar belakang kebudayaan, lingkungan, pendidikan dan sosial
ekonomi.
2. Teori Intelegensi Thurstone
Thurstone memfokuskan teori
intelegensinya pada satu faktor, yaitu g faktor, akan tetapi ia menekankan
intelegensi pada tujuh kemampuan mental utama yang berbeda. Kemampuan mental
tersebut meliputi :
- Verbal comprehension ( kemampuan dalam pemahaman bahasa)
- Reasoning ( kemampuan berpikir logis )
- Perceptual speed ( kemampuan dalam mendeteksi kesamaan atau perbedaan dari berbagai desain / gambar )
- Numerical ability ( kemampuan berhitung )
- Word fluency ( kemampuan berpikir tentang kosa kata secara tepat )
- Associative memory ( ingatan sosiatif )
- Spatial visualization ( kemampuan dalam menentukan bentuk benda dalam posisi yang telah berubah )
Thurstone mengadakan penelitian
tentang intelegensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketujuh
kemampuan mental tersebut berkolerasi positif antara satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian apabila seorang anak mendapatkan skor yang tinggi pada verbal
comprehension atau kemampuan dalam pemahaman bahasa, maka ia akan memperoleh
skor yang tinggi pula dalam kemampuan mental yang lainnya.
3. Teori Intelegensi Guilford
Teori intelegensi yang
dikemukakannya menekankan multiple cognitive abilities atau kemampuan
kognitif majemuk. Melalui penelitian yang dilakukannya , ia menemukan tiga
komponen intelegensi , yaitu Operasi Intelegensi , Isi Intelegensi dan Produk
Intelegensi. Operasi intelegensi mencakup kognitif,memori,berpikir
divergen,berpikir konvergen, dan evaluasi. Isi intelegensi mencakup
figural,simbol,semantik,dan perilaku. Produk intelegensi mencakup
unit,klas,relasi,sistem,transformasi dan implikasi. Ketiga faktor yang
berkaitan dengan intelegensi tersebut berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya, sehingga menghasilkan 12 faktor, yang diperoleh lima bentuk operasi
intelegensi dikali empat bentuk isi intelegensi, dikali 6 bentuk produk
intelegensi atau 5 x 4 x 6 = 120.
4. Teori Intelegensi Cattel & Horn
Cattel & Horn mengemukakan dua
dimensi intelegensi yang disebut dengan istilah fluid intelligence dan
crystallized intelligence. Fluid intelligence berkaitan dengan kemampuan untuk
mengembangkan teknik pemecahan masalah yang baru dan berbeda dari teknik
sebelumnya. Crystallized intelligence berkaitan dengan kemampuan mengemukakan
pengalaman-pengalaman yang telah dipelajari sebelumnya dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
5. Teori Intelegensi Robert Strenberg
Stenberg mendefinisikan intelegensi
sebagai aktivitas mental yang diarahkan pada kegiatan yang bertujuan untuk
menyesuaikan diri , memilih , dan membentuk lingkungan yang sesuai dengan
kehidupan individu. Dalam hal ini, individu yang sedanf melakukan kegiatan
dalam memecahkan masalah menggunakan informasi yang telah diperolehnya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.Stenberg juga mengembangkan teori yang
dikenal dengan istilah Triarchi Theory of Intelegency yang terdiri dari :
- Componential subtheory
Componen theory disebut juga dengan
istilah analitycal intelligence yang berkaitan dengan kemampuan dalam
memecahkan masalah. Pemecahan masalah ini dilakukan berdasarkan operasi mental
secara bersamaan yang disebut metacomponents, yaitu langkah-langkah yang
ditempuh dalam rangka pemecahan masalah dan keputusan yang diambil dalam
pemecahan masalah tersebut. Analitycal intelligence mencakup berikut ini :
a. Metacomponents yang berfungsi
mengontrol, memonitor, dan mengevaluasi poses kognitif.
b. Performance components yang
berfungsi melaksanakan strategi yang telah dibangunoleh metacomponents.
Komponen ini merupakan operasi dasar yang dalam operasinya selalu melibatkan
kegiatan kognitif sehingga manusia mampu memahami makna stimulus atau informasi
yang ditangkap oleh pancaindera , menyimpan informasi tersebut dalam bentuk
ingatan jangka pendek, lalu melakukan perhitungan yang diikuti oleh
pertimbangan yang dilakukan dengan jalan membandingkannya dengan stimulus atau
informasi lain yang dilaksanakan dengan jalan memanggil kembali ingatan jangka
panjang.
c. Knowledge acquisition components
, yaitu proses yang digunakan dalam memperoleh dan menyimpan pengetahuan baru.
Kemampuan ini membantu manusia untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya
atau dialaminya dan mengklasifikasikan hal tersebut sesuai dengan
klasifikasinya dalam ingatan. Hasil dari proses tersebut dikenal dengan istilah
skemata.
- Experiental subtheory
Experiential subtheory atau creative
intelligence, suatu kemampuan yang mencakup pemahaman atau insights, sintetis
dan kemampuan bereaksi terhadap stimuluis dan situasi yang sulit yang menuntut
tindakan kreatif dan inovatif. Strenberg meyakini bahwa semakin pintar individu
maka semakin mudah bagi individu tersebut untuk menghadapi situasi-situasi yang
sulit dan secara kreatif melakukan berbagai tindakan yang di butuhkan.
Experiencial subtheory mencakup dua aspek , yaitu novelty atau inovasi dan
automatization atau automatisasi.
- Contextual subtheory
Conxeptual subtheory atau practical
intelligence mencakup kemampuan memahami dan memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari . practical intelligence integrasi dari
berbagai kemampuan seperti berikut ini
a. Kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
b. Kemampuan dalam mengatur dan
memodifikasi lingkungan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan
c. Kemampuan dalam berpindah dari
rencana yang satu kepada rencana lain apabila rencana pertama tidak berjalan
sesuai dengan harapan atau tujuan yang akan dicapai
Dalam pengukuran intelegensi ,
kemampuan analitik diukur dengan memberikan informasi yang lengkap dan jelas
yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah dan hanya satu jawaban yang benar yang
diperoleh dari metode pemecahan masalah yang benar. Untuk mengukur kemampuan
praktis, diberikan masalah-masalah yang mempersyaratkan kemampuan dalam
memahami dan memformulasikan. Apabila seseorang dapat memecahkan satu atau beberapa
masalah dengan baik, maka individe tersebut memiliki kemampuan analitik
intelegensi atau praktis intelegensi yang baik, selanjutnya individu yang
menunjukkan kemampuan seni lukis atau fine art maka ia memiliki intelegensi
kreatif yang tinggi.
6. Teori Intelegensi Gardner
Teori intelegensi yang dikembangkan
oleh Gardner dikenal dengan istilah multiple intelligence. Teori ini
dikembangkan berdasarkan keyakinan Gardner bahwa intelegensi tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor yang dikenal dengan General intelligence atau
faktor g, akan tetapi terdiri atas sejumlah faktor.
Teori intelegensi yang ia kembangkan
berbasis skill dan kemampuan dalam berbagai kelompok yang terdiri atas 8
kelompok jenis intelegensi , yaitu :
- Visual-Spatial Intelligence ( kecerdasan visual-spasial )
- Verbal-linguistic Intelligence ( kecerdasan verbal linguistik )
- Bodily-kinesthetic intelligence ( kecerdasan koordinasi gerak tubuh )
- Logical-mathematical Intelligence ( kecerdasan mmatematika – logis )
- Interper / rytmic intelligence ( kecerdasan musik / ritmik )
- Intrapersonal Intelligence ( kecerdasan intrapersonal )
- Naturalistic Intelligence ( kecerdasan naturalistik )
Melalui teori intelegensi yang
dikembangkannya, Gardner berusaha untuk mengoreksi beberapa kekeliruan yang
dilakukan oleh psikologis sebelumnya yang tidak mempertimbangkan faktor
biologis, oleh sebab itu mereka gagal menjelaskan kemampuan tertinggi dari
intelegensi , yaitu kreativitas , dan ketidak pekaan para psikologis
terdahulutentang peranan lingkungan sosial terhadap pengembangan intelegensi.